Kapten (Purn) TNI – AD Abukosim
Djayadiningrat
Salah Satu Tokoh Pejuang Kemerdekaan Indonesia telah berpulang
Abukosim Djayadiningrat, dilahirkan di desa Gunung Batu
Kecamatan Cempaka OKUT pada tanggal 27 April 1927, Abukosim
salah satu pejuang kemerdekaan bangsa ini. Ketika pasukan Belanda memulai aksi brutalnya, Abukosim
berani mempertaruhkan dirinya dalam mempertahankan kedaulatan negara. Perang
demi perang Ia lalui, mulai perang 5
hari 5 malam di Palembang, Perang Kemerdekaan I dan Perang Kemerdekaan II,
sampai pengalaman yang mencekam selama bergrilya bersama pasukan resimen 44 dan
batalyon “X” Subkoss.
Pada masa
pendudukan Jepang di Indonesia, Abukosim adalah prajurit Gyugun. Prajurit yang dibentuk oleh tentara
Jepang, Prajurit yang telah menerima
ilmu kemeliteran dari tentara Jepang, yang mengikuti latihan kemeliteran selama dua bulan di talang
betutu dan mengikuti latihan lanjutan selama tiga bulan di Karang Endah
Prabumuli.
Setelah jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada
tangggal 6 Agustus 1945 dan kota Nagasaki
pada tanggal 9 Agustus 1945 oleh tentara Sekutu, dan dikumandangkannya
proklamasikan Kemerdekaan Indonesia oleh
Ir. Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945,
akhirnya Prajurit Gyugun mendadak dibubarkan.
Sekalipun Gyugun
dibubarkan semangat Abukosim tidak langsung padam, Ia bergabung di organisasi barisan Badan
Keamana Rakyat (BKR). Suatu badan yang dibentuk untuk melakukan tugas sosial
dalam pemeliharaan keamanan. Dua bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 5
Oktober 1945 Abukosim mendaftarkan dirinya sebagai anggota Tentara Keamanan
Rakyat atau disingkat TKR. Pembentukan
TKR tak lain sebagai melengkapi persyaratan berdirinyan suatu negara, sebab
tiap negara yang ingin disebut negara dalam arti kata yang sesungguhnya harus
memiliki tentara demi keselamatandan keamanan negara itu
sendiri.
Dan resmilah Abukosim Djayadiningrat menjadi anggota TKR Tentara Keamanan
Rakyat ( kini bernama Tentara Nasional
Indonesia/TNI ) ) dengan ditetapkan pangkat Sersan Mayor. Dua bulan
setelah bertugas di kesatuan TKR pada tanggal 8 Desember 1945 Abukosim
dipindah-tugaskan oleh Kolonel Hasan Kasim ke Divisi Polisi Tentara (kini
bernama Polisi Militer ) dan diberi tanggung jawab sebagai Komandan Seksi.
Dalam catatan semasa hidupnya, selama
ber-grilya, Abukosim Djayadiningrat, mantan komandan kompi “E” Singa Indonesia
Subkoss ini mempunyai kenangan yang tak
terlupakan, dimana di bulan desember 1947 ketika pasuka yang tergabung dalam
resimen 44 bertahan di desa Gunung Batu, Abukosim mempersunting Siti Aminah,
dan dilaksanakanlah acara perkawinan secara sederhana di desa Gunung Batu
Kecamatan Ogan Komering Ulu Timur. Setelah dua hari acara perkawinan
dilaksanakan, pasukan Belanda dikabarkan
hampir tiba di desa Gunung Batu, lalu Pasukan Resimen 44 langsung bergerak
bersembunyi ke dalam hutan. Dan sejak
hari itulah Abukosim dan Siti Aminah yang menjadi pengantin baru berpisah jauh,
dan kedua suami istri itu bersatu lagi pada tahun 1950, setelah Indonesia
benar-benar merdeka dari jajahan Belanda.
Abukosim Djayadiningrat putra
dari Mas Mutor dan Maniek ini telah
melewati perjalanan panjang di dalam karir militernya, pada tanggal 5 Oktober
1945 Ia
resmi menjadi anggota TNI dengan
pangkat Sersan Mayor. Tahun 1969 sampai tahun 1983 menjadi Pasirah Kepala Marga Semendawai Suku
I, lalu kembali ke kesatuan Mimpersdam IV Sriwijaya dan selanjutnya
menerima keputusan pensiun dari Kesatuan TNI-AD.
Abukosim Djayadiningrat telah menghadap sang
Ilahi pada hari rabbu tanggal 25 Desember 2002, pukul 22.30 karena sakit dan
telah dikebumikan di Taman Makan Pahlawan Ksatria ksetra Siguntang Palembang
Sumatera Selatan.
Abukosim adalah sosok
putra bangsa yang berjasa kepada tanah air Indonesia, sosok pejuang yang tanpa pamrih,
rela berkorban, serta mempunyai kepribadian yang dapat diteladanani.
Selamat Jalan Depati
Djayadiningrat , selamat jalan pejuang 45, kami akan tetap mengenang jasamu, kami
bangga dengan sikap dan kepribadianmu.
PENDIDIKAN :
- Prajurit Militer Gyugun ( 1943 )
- Anggota Badan Keamanan Rakyat ( BKR – 1945 )
- Prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi Polisi Tentara ( 1945 )
- Pendidikan Kader Polisi Tentara di Pebem Palembang ( 1946)
- Pendidikan Bintara / Bawahan Territoriaal di Curup (1956)
- Pendidikan Latihan KB Polisi Tentara di Semarang (1956)
- Pendidikan Ba. Pemb. Teritorial T & T IV/Diponegoro (1957)
- Pendidikan Dektilaskopi di Bandung (1958)
- Pendidikan dan Latihan Daktiloskopi Angkatan Darat Angkatan ke-11 (1959)
- Pendidikan Suston Adjed Angkatan Darat di Bandung (1962)
- Pendidikan Pleton - Ajudan Jendral Angkatan Darat di Lembang (1963)
KARIR :
- Komandan Seksi Polisi Tentara dengan Pangkat Sersan Mayor ( 1945 – 1947 )
- Komandan Detasemen Markas Polisi Tentara di Tanjung Karang Lampung ( 1947 1948 )
- Kepala Persenjataan / Kendaraan Batlyon Polisi Tentara di Lubuk Linggau ( 1948 )
- Komandan Kompi “ E “ Batalyon “X “SI Subkoss di Curup ( 1949 )
- Kepala Bagian Politik Staf I Corps Polisi Militer Detasemen Kota ( 1945 – 1955 )
- Kepala Biro “A” PDM di Baturaja OKU ( 1956 – 1958 )
- Kepala Daktiloskopi Ajdam IV / Sriwijaya 1958 – 1960 )
- Kepala Biro Stambuk Ajdam IV / Sriwijaya 1960 – 1963 )
- Kepala Biro Penetapan MINPRESDAM IV / Sriwijaya ( 1963 – 19 1968 )
- Pesirah / Kepala Marga SS I Kec Cempaka OKU ( 1969 – 1983 )
- Kesatuan Terakhir Minpersdam IV / Sriwijaya ( 1983 )
BINTANG JASA DAN KEHORMATAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA :
- Bintang Sewindu Angkatan Perang Republik Indonesia
- Bintang Gerilya
- Bintang Kemerdekaan I /Aksi Militer kesatu ( 1958 )
- Bintang Kemerdekaan II / Aksi Militer kedua (1958 )
- Bintang Nararya
- Satyalancana Kesetiaan VIII tahun
- Satyalancana Kesetiaan XVI tahun
- Satyalancana Kesetiaan XXIV tahun
- Satyalencana Saptamarga
- Satyalancana Penegak
- Satyalancana Wira Dharma
- Piagam Penghargaan Markas Besar TNI-AD kepada Kapten Abukosim Djayadiningrat yang telah menunaikan tugas sebagai prajurit TNI Angkatan Darat sejak tanggal 27 – 8 – 1945 sampai diberhentikan dengan hormat atas hak pensiun sampai dengan 30 – 4 - 198.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar